Beredar laporan terbaru, baterai yang menggunakan Proton sebagai sumber energi ini terbukti dapat diisi kembali. Tentu saja, hal ini merupakan sebuah terobosan bagus bagi industri baterai di seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui baterai lithium ion yang bakal diganti dengan teknologi lebih baru memang sudah beredar cukup lama. Nyatanya, sudah ada beberapa jenis baterai alternatif pengganti. Terbaru, baterai dengan kandungan air dan karbon disebut-sebut menjadi kandidat terkuat.
Peneliti dari RMIT University of Melbourne, Australia, Andrews belum lama ini menciptakan prototype baterai proton berbasis bahan dasar karbon dan air. Diklaim, baterai buatan mereka ini lebih ramah lingkungan dan hemat biaya. Andrews juga menjamin baterai buatannya bisa diisi ulang. Andrews mengungkap baterai tersebut masih dalam bentuk prototype dan butuh waktu lama untuk bisa menggantikan lithium ion. “Mungkin butuh sekitar lima hingga sepuluh tahun lagi, kendati masih dapat tahap awal pengembangan, ide yang sudah dituangkan di jurnal Energy & Envrionmental Science ini berhasil menarik perhatian.
Alasannya, sejumlah ide untuk baterai baru dalam beberapa tahun terakhir, dianggap sulit direalisasikan atau tak mungkin diproduksi. Untuk diketahui secara mekanisme, baterai Power Plant akan menjadi pembangkit tenaga listrik yang bisa memberikan daya untuk 8.000 rumah 24 jam non-stop. Baterai bisa juga menjadi ‘generator’ dengan memberikan tenaga ke lebih dari 30.000 rumah, dengan syarat dalam kondisi pemadaman listrik selama satu jam.
Keuntungan lain dari baterai Proton ini adalah karbon yang dipakai sebagai bahan utama tidak akan mudah terbakar atau mengeluarkan asap. Ini berarti dapat menjadi solusi bagi baterai Lithium-Ion yang seringkali terbakar saat tertusuk atau dalam keadaan panas.